Senin, 27 Juli 2009

Pendidikan Islam Kritis dan Kreatif



Pendidikan Islam Kritis dan Kreatif

A. Pendidikan Islam Menghadapi Era Modern
Masyakarat modern adalah masyarakat yang proaktif, individual, dan kompetitif. Pendidikan Islam sekarang ini dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia modern dan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang cukup kompleks, yakni bagaimana pendidikan mampu mempersiapkan manusia yang berkualitas, bermoral tinggi dalam menghadapi perubahan masyarakat yang begitu cepat, sehingga produk pendidikan Islam tidak hanya melayani dunia modern, tetapi mempunyai pasar baru atau mampu bersaing secara kompettif dan proaktif dalam dunia masyarakat modern. Dengan demikian, pendidikan Islam harus diarahkan pada kebutuhan perubahan masyarakat modern.
Konsep pendidikan modern, yaitu ; pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah, pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar.
Pendidikan Islam harus menuju pada integritas antara ilmu agama dan ilmu umum untuk tidak melahirkan jurang pemisah antara ilmu agama dan ilmu bukan agama. Karena, dalam pandangan seorang Muslim, ilmu pengetahuan adalah satu yaitu yang berasal dari Allah SWT.
Desain pendidikan Islami yang mampu menjawab tantangan perubahan ini, antara lain:
1. Lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendesain ulang fungsi pendidikannya,
(a) model pendidikan yang mengkhususkan diri pada pendidikan keagamaan saja untuk mempersiapkan dan melahirkan ulama-ulama dan mujtahid-mujtahid tangguh dalam bidangnya dan mampu menjawab persoalan-persoalan aktual atau kontemporer sesuai dengan perubahan zaman,
(b) model pendidikan umum Islami, kurikulumnya integrative antara materi-materi pendidikan umum dan agama, untuk mempersiapkan intelektual Islam yang berfikir secara komprehensif,
(c) model pendidikan sekuler modern dan mengisinya dengan konsep-konsep Islam,
(d) atau menolak produk pendidikan barat, berarti harus mendisain model pendidikan yang betul-betul sesuai dengan konsep dasar Islam dan sesuai dengan lingkungan sosial-budaya Indonesia,
(e) pendidikan agama tidak dilaksanakan di sekolah-sekolah tetapi dilaksanakan di luar sekolah, artinya pendidikan agama dilaksanakan di rumah atau lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat berupa kursur-kursus, dan sebagainya.

2. Pendidikan harus diarahkan pada dua dimensi, yakni :
(a) dimensi horisontal, pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam atau lingkungan sosialnya. Manusia harus mampu mengatasi tantangan dan kendala dunia sekitarnya melalui pengembangan Iptek, dan
(b) dimensi vertikal, pendidikan selain menjadi alat untuk memantapkan, memelihara sumber daya alami, juga menjembatani dalam memahamai fenomena dan misteri kehidupan yang abadi dengan maha pencipta. Berati pendidikan harus disertai dengan pendekatan hati.

B. Mengembangkan Daya Kritis dan Kreatif
Perubahan dan perkembangan zaman berjalan dengan begitu cepat, sebagaimana kita ketahui perubahan dari agraris ke industrialis, dari industrialis ke informasi, dan dari informasi ke globalisasi, disamping memunculkan dampak yang positif ternyata juga membawa dampak yang negatif bagi pendidikan islam yang kaitannya menghasilkan manusia yang mampu berkompetensi dalam kehidupan global abad-21 ini. Melihat hal yang demikian itu, sudah sewaktunya dikembangkan sifat kritis dan kreatif pada anak didik.
Pendidikan terkait erat dengan masyarakat, dan masyarakat juga tidak dapat lepas dari pendidikan. Pendidikan diharapkan mampu menyelesaikan problem-problem yang dihadapi masyarakat. Sebaliknya pendidikan juga bisa menjadi problem dalam masyarakat. Akan tetapi pendidikan juga dapat memunculkan masyarakat yang beda dari masyarakat yang telah ada. Dinamika pendidikan masyarakat dapat menentukan dinamika peradabannya. Sementara itu peradaban sangat ditentukan oleh sistem pengetahuan yang mendasarinya. Sistem pengetahua itu sendiri di sosialisasikan dan dilembagakan melalui pendidikan, kalau sekarang umat islam mengalami kemunduran mungkin saja sebagai akibat dari stagnasi dalam sistem pengetahuan. Termasuk juga masalah krisis pemikiran, masalah dikotomi ilu, dan masalah dualisme dalam sistem pendidikan yaitu sistem pendidikan tradisional (islam) dan sistem pendidikan sekuler (umum). Oleh karena itu perlu penigkatan kekritisan pemikiran dan menghapuskan dualisme ataupun dikotomi pendidikan.
Manusia adalah mahluk yang kreatif yang memiliki kebebasan pribadi, karena itu manusia harus senantiasa membuat berbagai macam pilihan secara kreatif untuk menyempurnakan dirinya. Manusia bebas memilih yang baik atau yang buruk, dan bertanggung jawab atas pilihannya. Jika pilihan bebasnya mengarah pada hal-hal yang baik, maka ia akan menjadi orang yang baik. Demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini peranan kreatifitas berfikir tinggi manusia besar sekali, sebagai subyek didik, untuk memilih yang baik. Manusia yang memiliki kreatifitas berfikir tinggi, dengan kebebasannya tidak akan pernah kehilangan arah dalam menghadapi berbagai kemelut dalam kehidupannya. Manusia tampil sebagai ego yang bebas merekayasa alam semesta denga tidak menafikan aspek transendental, Tuhan, sebagai Ego terakhir .

Metode pembelajaran yang dapat menghasilkan alumni kritis dan kreatif
1. Metode double movement merupakan gagasan dari Fazlur Rahman dalam memajukan pendidikan islam, metode ini terdiri dari gerakan ganda, yaitu dari guru ke murid dan dari murid ke guru. Dalam proses pembelajaran diharapkan tidak hanya gerakan tunggal dari guru ke murid, tapi juga harus ada gerakan dari murid ke guru, bahkan kalu perlu ada juga gerakan di antara sesama. Dalam metode ini diharapkan siswa memiliki keleluasaan dalam berbagai aktifitas. Siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya memdengarkan guru berceramah, tetapi juga dapat membaca, memahami, menganalisis, menulis, mengadakan eksperimen, mengalami proses pembuktian, sampai penemuan.
2. Metode pembelajaran kebebasan dan penyadaran. Anak didik disadarkan akan posisinya dan diberikan kebebasan dan motivasi untuk berbuat. Untuk menerapkan metode ini perlu dikembangkan prinsip-prinsip:
a. kondisi dialogis antara guru dan murid, dalam proses pembelajaran saling mengajar antara keduanya.
b. Melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran
c. Mendorong siswa untuk menemukan masalah, dan menyelesaikan dengan problem solving
3. metode dialogis, yaitu proses pembelajaran diamana guru menempatkan siswa sebagai subyek bukan obyek. Dalam metode ini guru berkewajiban mengusahakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk mengadakan dialog secara langsung baik dengan guru maupun dengan taman-tamannya.

Agar siswa kreatif mereka perlu dibantu untuk:
a. menciptakan rasa aman untuk mengekspresikan kreatifitasnya
b. mengakui dan mengahargai gagasan-gagasan
c. menjadi pendorong bagi mereka untuk mengkomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasan
d. membantu mereka memahai divergensinya dalam berfikir dan bersikap, dan bukan malah menghukumnya
e. memberikan peluang untuk mengansumsikan gagasannya
f. memberi informasi mengenai peluang-peluang yang ada

referensi
Al-munawwar, Said Agil Husin. 2005. Aktualisasi nilai-nilai Qur`ani dalam sistem pendidikan islam. Jakarta : Ciputat Press
Ma'arif, Ahmad Syafi'i 1991. Pemikiran tentang Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Dalam Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta. Yogyakarta : Tiara Wacana
Sutrisno. 2006. Fazlur Rahman : kajian terhadap metode epistemologi dan sistem pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Umkadu, Talabudin, “Mencermati Tantangan Pendidikan Islam: implikasi terhadap manajemen mutu pendidikan islam” dalam Jabal Hikmah, Volume 1, No.3, Januari 2009

Tidak ada komentar: