Hati yang bercahaya adalah hati yang tersinari oleh cahaya cinta dan kebikjasaan Hati yang hanya disandarkan pada pemilik cinta dan cahaya kehidupan Hati yang senantiasa berharap cintanya Sang Pmilik cinta abadi Hati yang bercahaya adalah hati yang mencinta karena cinyaNya Mengasihi karena kasihNya dan hati itu adalah refleksi pantulanNya Laa ilaha illa Allah-laa illa Allah-Allah
Selasa, 23 November 2010
Rasa keingintahuan.
*Engkau dapat memberikan satu pelajaran pada seorang murid dalam satu hari, tetapi jika engkau mengembangkan rasa keingintahuan pada dirinya, maka dia akan terus menerus belajar selama dia hidup*Mt
Ketika kita diberi tahu tentang suatu pelajaran ataupun informasi, kita pada saat itu akan tahu dan mnegerti terlebih jika pelajaran itu disampaikan dengan jelas dan menarik tentunya kita dapat lebih cepat paham dan mengerti. Kita juga menyadari dengan kita tahu dan apaham maka kita akan merasa puas dan berhenti bertanya, terlebih jika informasi yang diberikan sangat mendetail dan jelas, tentunya menyulitkan kita untuk mencari pertanyaan ya… karena memang sudah jelas. Sehingga jika ditanya oleh guru,”sudah paham?” sudah….. itu jawabannya. “ada pertanyaan?’, tidak… ya karena sudah jelas, apa yang mau ditanyakan.
Tapi alangkah lebih baik dan bijaknya jika kita diberi informasi dan pengetahuan yang menimbulkan rasa keingintahuan. Sehingga tidak hanya paham dan mengerti melainkan menimbulkan rasa keingintahuan lebih mendalam tentang hal tersebut. Sehingga menimbulkan keinginan kita untuk terus belajar dan tahu lebih dalam. Sehingga kita akan dapat pengetahuan dari sepanjang perjalanan kita dalam menjawab rasa keingin tahuan kita.
Senin, 08 November 2010
Gaya/Tipe Tipe Kepemimpinan
Abdul Qodir Jaelani
Latar belakang
Lembaga pendidikan membutuhkan seorang pemimpin. Sebab pemimpin itulah sosok penggerak dan inspirator dalam merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang manajer, ia juga harus seorang pembangun mental, moral spirit, dan kolektivitas kepada jajaran bawahannya. Seorang pemimpin seyogyanya tidak hanya menggunakan aturan tertulis, tapi juga sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam melakukan agenda transformasi kearah yang lebih baik.
Dalam menjalankan kepemimpinan, antara pemimpin satau dan lainnya tidaklah selaulu sama bahkan berbeda. Sehingga para pemipin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda beda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu perlu kiranya bagi seorang calon pemimpin mengetahui tipe-tipe kepemimpinan supaya ia dapat mengetahui berbagai tipe dan dapat menentukan tipe mana yang efektif dijalankan dalam sebuah lembaga tertentu. Dan perlu kiranya mengetahu kepemimpinan yang sesuai dengan pendidikan.
A. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sesuai dengan tugas-tugas yang dilaksanakannya.
Locke et al(1991) mendefinisan kepemimpinan sebagai proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama. Sementara itu George R. Terry mengatakan bahwa, kepemimpinan adalah hubungan dimana di dalamnya antara orang dan pemimpin saling mempengaruhi agar mau bekerjasama berbagi tugas untuk mencapai keinginan sang pemimpin.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik suatu konklusi yang sama, bahwa masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik itu dengan cara mempengaruhi atau membujuk. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuanya dalam melaksanakan program-program yang telah ada, tetapi lebih dari itu ia harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya atau masyarakatnya untuk turut andil berperan secara aktif, sehingga akan memberikan kontribusi yang positif pula.
B. Gaya Kepemimpinan
Untuk meningkatkan efektiftas kepemimpinan dengan cara menyesuaiakan situasi dan kebutuhan/motivasi para bawahan, Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya. Reddin (1987) mengemukakan beberapa gaya kepemimpinan yang efektif sebagai gaya kepemimpinan esklusif, otokratik, pembina/pengembang, dan gara kepemimpinan birokratik. Sedangkan G.R. Terry membagi tipe-tipe kepemimpinan dalam enam tipe, yaitu tipe kepemimpinan pribadi, non pribadi, otoriter, demokratis, paternalistik dan tipe kepemimpinan menurut bakat. Sedangkan menurut kurt lewin, tipe-tipe kepemiminan ada tiga yaitu otokratis, demokratis dan Laissez-faire.
Beberapa gaya dan tipe kepemimpinan akan dijelaskan secara singkat dibawah ini:
1. Gaya kepemimpinan eksklusif
yaitu pemimpin yang memperhatikan efektifitas, indvidualitas bawahan, dan kepentingan organisasi. Pemimpin ini bermotivasi tinggi, memperlakukan para bawahan sesuai individualitasnya msisng-masing, dan merupakan tim manajer.
2. Gaya kepemimpinan pembina/pengembang yang menekankan efektifitas dan individu bawahan. Pemimpin berusaha mengembangkan potensi setiap bawahannya.
3. Gaya kepemimpinan birokratik
yaitu pemimpin yang menekankan efektifitas atas dasar peraturan dan prosedur. Pemimpin sangat terikat oleh peraturan dan prosedur ini. Yang seringkali hanya efektif terhadap pelaksanaan peraturan dan prosedur, belum tentu efektif terhadap tujuan organisasi.
4. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership)
Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
5. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership)
Segala sesuatu kebijakan dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
6. Tipe kepemimpinan paternalistik
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebaoakan dalam hubungan dalam hubungan pemimpin dengan kelompok. Tujuannya adlah untuk melindungi dan memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya. Adapun siaft-sifat pemimpin tipe paternalistik ialah:
- Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
- Bersikap terlalu melindungi
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengabil inisiatif dan mengambil keputusan
- Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembagkan daya kreasi dan fantasi
- Sering bersikap maha tahu
7. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indegenous leadership)
Biasanya, kepemimpinan tipe ini timbul dari kelompok orang-orang informal, dimana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan. Biasanya juga akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan diantara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya, dimana ia ikut berkecimpung.
8. Tipe kepemimpinan militeristik
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
- Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
- Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya
- Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
- Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
- Sukar menerima kritikan dari bawahannya
- Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
9. Tipe Kepemimpinan Otokratis
Pemimpin yang bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
- Sifat-sifat pemimpin yang otokratis:
- Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
- Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
- Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
- Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
- Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
- Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung paksaan dan punitif (bersifat hukuman).
10. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sam dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai pottensi yang berharga dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.
Ciri-ciri pemimpin yang demokratis:
- Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
- Selalu mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi para bawahannya
- Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
- Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan
- Memberikan kebebasan seluas luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibimbing dan diperbaiki agar tidak lagi berbuat kesalahan yang sama
- Selalu berusaha menjadikan bawahannya lebih sukses darinya
- Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
11. Tipe Kepemimpinan Laissez-faire
Pemimpin yang bertipe demikian segera menyerahkan sepenuhnya kepada bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggug jawabnya, setelah tujuan diterangkan kepadanya. Ia akan menerima laporan-laporan hasilnya dengantidak terlampau inisiatif. Semua pekerjaan tergantung pada inisiayif dan prakarsa dari para bawahan. Denandemikian, ia dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya untuk bekerja bebas tanpa hambatan.
12. Tipe Kepemimpinan Transformasional
Burn (1978) menjelaskan kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasrnya para pemimpin dan pengikutnya saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang tinggi. Para pemimpin adalah seorang yang sadar akan prinsip perkemangan organisasi dsn kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui pemotifasian terhadap setaf dan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan didsarkan pada emosi seperti mislanya keserakahan, kecemburuan, atau kebencian.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan jauh kedepan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tapi masa dtang. Oleh karena itu pemimpin tranformasional adalah pemimpin yang dapat dikatakan pemimpin yang visioner.
Diantara karakteristik kepemimpinan transformasional ;
- Mempunyai kharisma yang telah diakuki oleh pengikutnya
- Menjadi sumber inspirasi bagi bawahannya dalam menciptakan etos kerja dan kinerja yang baik
- Mempunyai kepedulian dan empati terhadap bawahannya secara personal
- Mamapu menstimulasi pemikiran dan ide-ide bawahannya dengan baik.
13. Tipe Kepemimpinan Transaksional
Adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang men-design pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seorang yang melasanakan tugas sesuai dengan kemmpuan dan keahlian.
Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Dikarenakan sistem kerja yang jelas dan merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan, maka kepemimpinan transaksional yang sesuai diterapkan ditengah-tengah staf yang belum matang, dan menekankan pada pelaksananaan tugas untuk mendapatkan intensif bukan pada katualisasi diri. Oleh karena itu kepemimpinan transaksional dihadapkan pada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang , pangan, dan papan.
Diantara ciri-cirinya;
- Para pemimpin percaya bahwa orang lebih cenderung senang diarahkan.
- Dorongan kontingen dalam bentuk reward dan punishment yang telah disepakati dalam kontrak kerja
- Pemimpin enggan membagi pengetahuan kepada staf
14. Tipe Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan adalah hal penting dalam organisasi. Sebagaimana dikatakan rasulullah,”apabila keluar tiga orang dalam suatu perjalanan, hendaknya salah seorang mereka dijadikan pemimpin” (al hadits). Suatu organisasi memiliki kompleksitas, baik barang/jasa maupunide, menghadapi berbagai perubahan yang senantiasa melingkupi setiap saat, menghadapi berbagai karakteristik personel yang dapat mengembangkan maupun melelahkan. Hal ini akan menjadi alasan diperlukan orang yang tampil mngatur, memberi pengaruh, menata dan mendamaikan, memberi penyejuk, dan dapat menetapkan tujuan yang tepat saat anggota tersesat atau kebingungan menetapkan arah. Disinilah perlunya pemimpin yang melaksanakan kepemimpinan.
15. Kepemimpinan kharismatik
Yang telah diketahui oleh para sarjan sebab sebab pemipin itu kharismatik adalah bahwa pemimpin itu mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
Diantara karakteristik kepemimpinan kharismatik,
- Biasanya terdapat pad diri pemimpin agama, politik, dan gerakan sosial
- Memiliki kelebihan dan keutamaan karena anugerah tuhan, yaitu faktor bawaan sejak lahir yang dapat menumbuhkan kharisma. Memang ada diantara manusia yang dilahirkan dengan membawa gharizah (insting) dan potensi kepemimpinan yang kuat. Akat inilah yang kemudian ditumbuhkembangkan dan disalurkan kearah yang lebih baik, sehingga menjadi pemimpin yang sejati.
- Cenderung memiliki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, rasa percaya diri, pendirian dalam keyakinan, dan cita-citanya.
- Membutuhkan kekuasaan sebagai motivasi dan wasilah untuk mempengaruhi pengikutnya
- Memiliki rasa percaya diri dan pendirian yang kuat, yang akan meningkatkan besarnya rasa percaya diri para pengikutnya terhadap pertimbangan, pendapat keputusan, dan kebijakan pemimpin tersebut.
16. Tipe developer dan tipe compromiser
Tipe developer/pembangun
sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan kepada bawahan.
Tipe kompromoser/kompromi
sifatnya: kurang tegas pendiriannya, tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
C. Kepemimpinan Pendidikan
Dalam konteks pendidikan, seorang pemimpin bisa melahirkan kebijakan yang progresif dan visioner. Ia juga mampu memastikan efektifitas dan produktifitas kebijakan yang diambil dengan parameter yang jelas. Ia kan selalu mendorong bawahannya dan mitra kerjanya untuk memahami visi dan misi yang telah ditetapkan, tidak sekedar formalitas kegiatan tanpa memahami spirit nilai yang terkandung didalamnya.
Kepemimpinan pendidikan yang diperlukan saat ini adalah kepemimpinan yang didasarkan pada jati diri bangsa yang hakiki yang bersumber dari nilai-nilai budaya dan agama, serta mampu mengatisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya dan umumnya atas kemajauan-kemajuan yang diraih diluar sistem sekolah.
Berdasarkan pada berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, baik perubahan dalam manajemen maupun perubahan metodologi yang dirahkan bagi pembelajaran yang efektif, saat ini perlu dikembangkan kepemimpinan bervisi yang dapat mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan pendidikan akan pemberdayaan dan kemandirian.
Dengan demikian, kepemimpinan pendidikan:
1. Memberikan kesempatan kepada anggota untuk berpartisipasi dalam proses perubahan guna merefleksikan praktek dan mengembangkan pemahaman personal tentang sifat dan implikasi perubahan terhadap diri mereka
2. Mendorng mereka terlibat dalam implementasi perbaikan untuk membentuk kelompok-kelompok social dan membangun tradisi saling mendukung selama proses perubahan
3. Membuka peluang feedback positif bagi semua pihak yang terlibat dalam perubahan
4. Harus sensitive terhadap uotcomes proses pengembangan dan menciptakan kondisi kondusif bagi feedback yang dibutuhkan, kemudian menindak lanjuti dengan melibatkan beberapa pihak dalam mendiskusikan ide-ide dan prakteknya.
Kesimpulan
Kepemimpinan adalah masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik itu dengan cara mempengaruhi atau membujuk
Semua tipe-tipe kepemimpinan mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Bagi dunia pendidikan kepemimpinan diharapkan tidak hanya menekankan pada asalah satu tipe tetapi dapat menyatukan berbagai kelebihan tipe kepemipinan. Developer, compromiser, demokratis, visioner, tarasformasional, dan yang penting juga kharismatik.
Daftar Pustaka
Al-Banjari, Rachmat Ramadhana. 2008. Prophetic Leadership. Yogyakarta : Diva Press
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Manajemen Pengelolaan Dan Kepemimpinan Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Diva Press
Bush, Tony, dan Marianne Coleman. 2006. Manajeman Strategis Kepemimpinan Pendidikan. Terjemah Fahrurrozi. Yogyakarta: Ircisod
Fakih, Aunur Rohim, dan Iip Wijayanto. 2001. Kepemimpinan Islam. Yogyakarta : UII Press
Komariah, Aan, Dan Cepi Triatna. 2006. Visionary Leadership; Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Handout leadership_
Selasa, 04 Mei 2010
Sisi-sisi Pendidikan Islam yang terdapat pada era dinasti Mughal
Dalam bidang intelektual, kemajuan dizaman tiga kerajan besar tidak sebanding dengan kemajuan di zaman klasik. Dalam bidang ilmu keagamaan umat islam sudah mulai bertaqlid pada imam-imam yang besar yang lahir pada masa klasik, sains yang berkembang pada masa klasik ada yang tidak berkembang lagi bahkan dilupakan . Kemajuan yang dapat dibanggakan pada masai ini hanya dalam bidang politik, kemiliteran, dan kesenian terutama arsitektur .
Namun demikian dalam sejarah peradaban islam, ada segi-segi pendidikan islam yang patut diketahui, ada beberapa sultan yang sangat berpengaruh dalam masa kejayaan dinasti Mughal. Dalam penggalan sejarah Dinasti Mughal, tampil dua penguasa paling berpengaruh : Akbar Khan dan Aurangzeb. Meskipun keduanya memerintah dalam dekade yang berbeda, tetapi kebijakan Akbar Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan pengembangan Islam di India, memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Akbar mengembangkan pola Islam sinkretis. Sebaliknya, Aurangzeb mengembangkan pola Islam puritan.
Pada masa kepemimpinan sultan Akbar Agung yang dikenal sebagai pribadi yang jenius, bijaksana, ahli perang, dan administrator Negara yang ulung. Selain itu ia juga dikenal sebagai tokoh perbandingan agama . Akbar menghormati semua agama. Dia membangun kuil untuk orang hindu, dan pada tahun 1575 mendirikan “rumah ibadah” tempat para pemuka dari semua agama dapat bertemu untuk berdiskusi. Akbar mempunyai pendapat yang liberal dan ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang diberi nama Din Illahi. Prestasi ini disebabkan karena pemikirannya dalam konsep Din-e-Illahi yang mengandung anasir dari berbagai unsur agama yaitu hindu, Budha, Jaina, Islam, Parsi, dan Kristen. Inti dari konsep ajaran tersebut adalah bahwa agama merupakan gejala dari rasa tunduk kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Menutrut sultan agama-agama tersebut pada hakekatnya adalah satu. Oleh karena itu perlu dicari jalan kesatuan inti agama, dan ia membuat agama baru yang disebutnya Din-e-Illahi(1582) . Dalam buku sejarah islam singkat Akbar mendirikan tariqat sufinya sendiri, yang dipersembahkan untuk Tuhan Monoteisme”(tauhid illahi), yang didasarkan pada keyakinan al-Qur`an bahwa Tuhan Yang Esa dapat mewahyukan Diri dalam setiap agama wahyu . Satu kebijakan yang menjadi bencana politik di India adalah dia sudah menepatkan ulama diistana pada awal kekuasaannya, tetapi dia tidak terlalu tertarik pada syariah. Dia cenderung pada sufisme dan filsafat, yang keduanya condong pada visi universalisme. Akbar ingin membangun Negara percontohan yang sudah digambarkan oleh para filsuf. Sejarawan sufi Abdulfazl Allami (1551-1602) memandang Akbar sebagai filsuf raja. Dia juga yakin bahwa Akbar adalah manusia sempurna yang dipercaya oleh kaum sufi akan hadir dalam setiap generasi untuk memberikan petunjuk Illahi kepada umat.
Sultan-sultan yang besar setelah Akbar adalah Jehangir dengan permaisurinya Mehruun Nisa` yang diberi gelah Nurjanah. Jehangir dijuluki raja pelukis dari para pelukis. Hal ini disebabkan karena karya-karya lukisannya yang bagus dan luar biasa .
Syah Jihan berkuasa antara 1627-1658, pada intinya ia tetap menjalankan kebijakan-kebijakan Akbar. Taj Mahal yang dibangunnya melanjutkan tradisi kakeknya, yaitu memadukan arsitektur islam dan Hindu. Di istananya, dia menjadi pelindung para penyair hindu dan karya-karya ilmiah islam diterjemahkan kedalam bahasa sansakerta. Akan tetapi syah jihan cenderung memusuhi sufisme dan kesalehannya lebih didasrkan pada syariah daripada kesalehan Akbar. Di bidang ilmu pengetahuan, Syah Jihan mendirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar di India.
Aurangzeb (1658-1707 M) berusaha mengislamkan seluruh india, tetapi justru memancing permusuhan abadi dari hindu dan sikh. Aurangzeb dinilai berhasil menjalankan pemerintahanya, dia memberikan corak keislaman ditengah-tengah agama hindu. Aurangzeb mengajak rakyatnya masuk islam, ia menyuruh arca-arca Hindu ditanam di jalan-jalan menuju masjid agar orang islam setiap harinya menginjak arca-arca tersebut. Kebijakan Aurangzeb tersebut banyak menuai kritik dari kalangan hindu. Tindakan yang sewenag-wenang itu pula yang pada akhirnya membawa kerajaan mughal mengalami kemunduran , meskipun tetap berkuasa selama 150 tahun berikutnya. Sesudah Aurangzeb terdapat sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat mempertahankan kelanjutan kerajaan Mughal.
Usaha perbaikan dilakukan selama abad 18 antara hindu dan muslim di istana, mereka sama-sama membaca serta menterjemahkan buku-buku dari eropa . Disamping itu juga Bahasa urdu meningkat menjadi bahasa literatur dan menggantikan Bahasa persia yang sebelumnya dipakai dikalangan istana sultan-sultan di Delhi. Menurut sejarahnya penulis-penulis besar pertama dalam bahasa ini adalah Mazhar, Sauda, Dard, dan Mir, kesemuanya di abad kedelapan belas.
DAFTAR PUSTAKA
Amstrong, Karen. 2002. Sejarah Islam Singkat. Terj. Ahmad Mustofa. Elbanin Media: Yogyakarta. 2008
Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Pustaka Book Publiser: Yogyakarta.
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. UI-Press: Jakarta.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Isalamiyah II. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Rabu, 31 Maret 2010
Impikasi Pendidikan Agama Islam Terhadap kesalehan Sosial
Pendidikan Agama Islam pada dasarnya adalah berupaya menanamkan kesalehan bagi peserta didiknya, kesalehan yang melingkupi kesalehan individu dan kesalehan sosial. Kesalehan individu memberikan manfaat bagi diri sendiri sedangkan kesalehan sosial merupakan perilaku yang dapat memberi kemanfaatan bagi orang lain. Agama islam memerintahkan unutk menyeimbangkan antara Habluminallah dan Habluminannas sehingga kehidupan manusia dapat seimbang.
Sedangkan pengertian kesalehan sendiri adalah suatu tindakan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain, serta dilakukan atas kesadaran ketundukan pada ajaran Tuhan. Tindakan saleh merupakan hasil keberimanan, pernyataan atau produk dari iman seseorang yang dilakukan secara sadar.[ ]
Pada era sekarang keshalehan sangat diperlukan. Lebih-lebih kesalehan sosial. Pendidikan agama Islam merupakan suatu mata pelajaran yang juga menekankan pada ranah budi pekerti dan sosial. Pada dasarnya pendidikan agama islam tidak hanya pada hal-hal ibadah pada Tuhan saja, tapi bagaimana PAI dapat menanamkan kesalehan pada diri peseta didik yang menyangkut segala aspek kehidupan, bukan hanya ibadah dalam arti sempit. Ibadah itu maknanya luas, segala bentuk perbuatan baik seseorang apabila diniatkan ibadah karena Allah semata akan bernilai ibadah.
Pendidikan islam pada umumnya lebih menekankan pada aspek ibadah secara vertikal saja atau lebih pada hal-hal yang berkaitan dengan urusan akhirat dan kurang menekankan pada aspek horisontal/sosial, hal ini mengakibatkan pemahaman siswa terhadap agama adalah hanya yang berkaitan tentang ibadah mahdlah saja, sehingga tidak jarang siswa yang rajin kemasjid dalam pergaulan sama saja seperti yang lainnya, tidak nampak nilai lebihnya. Atau bahkan ada yang berlebihan, siswa yang rajin kemasjid membatasi pergaulannya bahkan merasa dirinyalah yang benar dan menjauhinya teman yang tidak sepaham dengannya. Pendidikan islam tidak mengajarkan orang untuk merasa paling benar dan merasa orang yang tidak taat dianggap salah dan perlu dijauhi. Pendidikan seharusnya mampu mewarnai segala tingkah laku manusia dengan akhlakul karimah dan senantiasa menghargai perbedaan.
Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan penting dalam membentuk kesalehan yang tidak hanya pada aspek ibadah secara sempit namuan juga dalam artian luas, sehingga pendidikan agama islam mampu menanamkan keimanan yang kuat yang melahirkan ketaatan pada Allah dan kesalehan sosial yang berupa perbuatan baik yang menguntungkan pada sekitarnya. Semakin shaleh seseorang maka akan semakin toleran pada orang lain, menghargai dan mempunyai kepedulian yang tinggi.
Kesalehan sosial dapat terbentuk dengan adanya pendidikan agama islam dalam segala aspek kehidupan. Sehingga pada akhirnya pendidikan agama islam akan mampu mewarnai setiap tindakan siswa. Siswa yang shaleh adalah mereka yang ramah terhadap sesama, mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah sosial. Ikut mensukseskan program sekolah serta semangat belajar yang tinggi. Semua itu haruslah didasari oleh keimanan. Dan itulah yang diharapakan dari pendidikan agama islam.
Sedangkan pengertian kesalehan sendiri adalah suatu tindakan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain, serta dilakukan atas kesadaran ketundukan pada ajaran Tuhan. Tindakan saleh merupakan hasil keberimanan, pernyataan atau produk dari iman seseorang yang dilakukan secara sadar.[ ]
Pada era sekarang keshalehan sangat diperlukan. Lebih-lebih kesalehan sosial. Pendidikan agama Islam merupakan suatu mata pelajaran yang juga menekankan pada ranah budi pekerti dan sosial. Pada dasarnya pendidikan agama islam tidak hanya pada hal-hal ibadah pada Tuhan saja, tapi bagaimana PAI dapat menanamkan kesalehan pada diri peseta didik yang menyangkut segala aspek kehidupan, bukan hanya ibadah dalam arti sempit. Ibadah itu maknanya luas, segala bentuk perbuatan baik seseorang apabila diniatkan ibadah karena Allah semata akan bernilai ibadah.
Pendidikan islam pada umumnya lebih menekankan pada aspek ibadah secara vertikal saja atau lebih pada hal-hal yang berkaitan dengan urusan akhirat dan kurang menekankan pada aspek horisontal/sosial, hal ini mengakibatkan pemahaman siswa terhadap agama adalah hanya yang berkaitan tentang ibadah mahdlah saja, sehingga tidak jarang siswa yang rajin kemasjid dalam pergaulan sama saja seperti yang lainnya, tidak nampak nilai lebihnya. Atau bahkan ada yang berlebihan, siswa yang rajin kemasjid membatasi pergaulannya bahkan merasa dirinyalah yang benar dan menjauhinya teman yang tidak sepaham dengannya. Pendidikan islam tidak mengajarkan orang untuk merasa paling benar dan merasa orang yang tidak taat dianggap salah dan perlu dijauhi. Pendidikan seharusnya mampu mewarnai segala tingkah laku manusia dengan akhlakul karimah dan senantiasa menghargai perbedaan.
Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan penting dalam membentuk kesalehan yang tidak hanya pada aspek ibadah secara sempit namuan juga dalam artian luas, sehingga pendidikan agama islam mampu menanamkan keimanan yang kuat yang melahirkan ketaatan pada Allah dan kesalehan sosial yang berupa perbuatan baik yang menguntungkan pada sekitarnya. Semakin shaleh seseorang maka akan semakin toleran pada orang lain, menghargai dan mempunyai kepedulian yang tinggi.
Kesalehan sosial dapat terbentuk dengan adanya pendidikan agama islam dalam segala aspek kehidupan. Sehingga pada akhirnya pendidikan agama islam akan mampu mewarnai setiap tindakan siswa. Siswa yang shaleh adalah mereka yang ramah terhadap sesama, mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah sosial. Ikut mensukseskan program sekolah serta semangat belajar yang tinggi. Semua itu haruslah didasari oleh keimanan. Dan itulah yang diharapakan dari pendidikan agama islam.
PENGKOORDINASIAN DAN PENGAWASAN DALAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Koordinasi dan pengawasan merupakan kegiatan yang selalu ada dalam sebuah organisasi, keduanya mempunyai peranan yang penting dalam memajukan sebuah prganisasi lebih-lebih organisasi pendidikan. Pengkoordinasian mutlak diperlukan dalam organisasi pendidikan, karena dalam organisasi pendidikan ada pembagian kerja yang amat substansi yaitu pekerjaan mendidik dan pekerjaan manajemen pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang dipersyaratkan. Setiap orang harus mengetahui tugas masing-masing atas dasar ketegasan kewenangan yang diberikan, sehingga tumpang tindih antara satu personel dengan personel lainnya dapat dihindarkan.
Sedangkan pentingnya akan pengawasan disebabkan sering terjadinya perbedaan tujuan-tujuan individu dan organisasi, hal ini perlu diselaraskan sehinggaa apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai. Pengawasan diperlukan untuk menjamin bahwa para anggota bekerja kearah tujuan organisasi. Oleh karena itu semua sangat perlu mengetahuai beberapa hal berkaitan dengan koordinasi dan pengawasan bagi calon pendidik.
1. Pengkoordinasian
A. Pengertian
Pengkoordinasiaan mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan. Sedangkan pengertian koordinasi sendiri menurut Oteng Sutisna (1983) ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-sumber lain kearah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan. Sedangkan Purwanto (1984) mengemukakan koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, materiil, pikiran-pikiran, teknik-teknik, dan tujuan-tujuan kedalam hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan. Kata kuncinya adalah membawa organisasi mencapai tujuan dalam hubungan yang harmonis dan produktif.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditegaskan seperti yang telah diungkapkan oleh Syaiful Sagala (2000) bahwasannya perngkoordinasian dalam satuan pendidikan adalah mempersatukan rangkaian aktivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran dengan menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlamgsung secara tertib kearah tercapai maksud yang telah ditetapkan. Koordinasi harus menghasilkan penyatuan dari tiap-tiap bagian maupun personel dalam keseluruhan agar ada sinkronisasi yang baik, segala sesuatu berjalan menurut rencana pada waktu yang tepat.
B. Syarat-syarat koordinasi yang baik :
1. Pembagian kerja yang jelas dalam organisasi
2. Membangun semangat kerjasama yang besar diantara personel pendidikan dan adanya organisasi informal yang sehat dalam tubuh organisasi yang bersangkutan
3. Tersedianya fasilitas kerja dan kontak hubungan yang cukup lancar bagi semua pihak dalam organisasi
4. Memulai tahapan suatu dengan benar dan mempertahankan kualitas pekerjaan sebagai proses yang kontinyu
A. Unsur-unsur koordinasi yang penting dalam organisasi;
1. Ada koordinator yang cukup berwibawa dilihat dari kedudukan dan pendidikannya untuk memfungsikan tiap-tiap bagian atau orang-orang dalam organisasi. Koordinator tersebut mempunyai kemampuan untuk membawa dan menggunakan sumbangan dari unit atau orang tersebut guna mewujudkan tujuan yang ditentukan.
2. Ada unit atau orang yang dikoordinasikan yang sudah ditata dan mampu memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi terwujudnya cita-cita bersama.
3. Ada pengertian timbal balik dari koordinator dan mereka yang dikoordinir untuk saling menghargai dan saling bekerjasama bagi kepentingan organisasi.
Ketiga unsur tersebut mempunyai peranan penting untuk mengoptimalkan kinerja organisasi sehingga dapat tercapainya tujuan bersama. Koordinasi yang baik menjadikan semua bagian dan personal dapat bekerjasama menuju kesatu arah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
B. Pentingnya pengkoordinasian dalam organisasi pendidikan
Pengkoordinasian mutlak diperlukan dalam organisasi pendidikan, karena dalam organisasi pendidikan ada pembagian kerja yang amat substansial yaitu pekerjaan mendidik dan pekerjaan manajemen pada satuan pendidikan dan manajemen pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang dipersyaratkan. Setiap orang harus mengetahui tugas masing-masing atas dasar kewenangan yang diberikan, sehingga tumapang tindih yang tidak perlu antara satu personel atau satu bagian dengan bagian lain dapat dihindarkan, implikasinya manajemen dapat berfungsi secara efektif dan efisien dan personel dapat melaksanakan tugas sesuai kewengan dan dukungan professional.
Program pendidikan pada satuan pendidikan sifatnya sangat kompleks dan menyangkut banyak segi yang saling bersangkut paut satu sama lainnya. Sifat kompleks ini menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan yang dikoordinasikan untuk mengatasi batas-batas perencanaan maupun batas-batas personel. Koordinasi ini juga berfunsi untuk mengatasi kemungkinan duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan tanggung jawab, ketidak seimbangan dalam berat ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dsb.
2. Pengawasan
A. Pengertian
Menurut Oteng Sutisna mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Siagian mengartikan pengawasan sebagai proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan Hadari Nawawi (1989) menegaskan bahwa pengawasan dalam dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.
Karena itu pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam organisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian dari hasil pengawasan tersebut apakah dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai rencana yang dibuat, intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penelitian dalam institusi pendidikan dilihat dari praktek cenderung tidak dikembangkan untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan produktivitas. Tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress checking. Tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai tujuan dan target sesuai visi dan misi pendidikan, yang ujung-ujungnya perolehan mutu pendidikan yang kompetitif menjadi tidak terwujud.
B. Syarat-syarat pengawasan
Ada dua hal yang merupakan prsarat mutlak yang harus lebih dulu dibereskan sebelum pimpinan dapat melaksanakan pengawasan.
1. Pengawasan membutuhkan rencana-rencana
Sebelum suatu teknik atau sistem pengawasan dapat diterapkan, harus lebih dahulu didasarkan pada rencana-rencana. Semakin jelas, lengkap, dan bulatnya suatu rencana maka semakin efektif pula sistem pengawasan yang diadakan. Dengan gaya bahasa yang sederhana dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin organisasi tidak dapat menentukan apakah setiap unit organisasinya sudah mencapai atau melakukan apa yang diharapkan, kecuali ia harus lebih dulu mengetahui apa yang diharapkan, ketepatan rencana yang dibuat akan melahirkan teknik-teknik pengawasan yang tepat pula. Jelaslah bahwa tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dapat diselenggarakan karena tidak punya pedoman untuk melakukan itu. Sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan berarti munculnya penyimpangan-penyimpangan yang serius tanpa adanya alat untuk mengendalikan atau mencegahnya.
2. Pengawasan membutuhkan struktur organisasi yang jelas
Selama pengawasan bertujuan untuk mengukur segala aktifitas dan menjamin agar berjalan sesuai dengan rencana, kita juga harus mengetahui dimana letak tanggung jawab bagi penyimpangan-penyimpangan yang muncul dalam organisasi. Disamping itu harus pula melihat bagian-bagian mana yang perlu diperbaiki. Pengawasan memang tertuju pada segenap aktifitas yag dilakukan manusia, namun kita tak akan mengerti dimana letak kesalahan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap segala penyimpangan itu tanpa mengetahui dengan jelas struktur organisasi. Oleh karena itu patut diungkapkan bahwa eksistensi struktur organisasi yang jelas, tegas, lengkap dan bulat merupakan prasyarat utama untuk kelangsungan sistem pengawasan yang akan dilaksanakan.
C. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Ada beberapa prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie (1973);
1. Tertuju kepada strategi kunci sasaran yang menentukan keberhasilan
2. Pengawasan harus menjadi umpan balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan
3. Harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan
4. Cocok dengan organisasi pendidikan, misalnya organisasi sebagai sistem terbuka
5. Merupakan kontrol diri sendiri
6. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan kontrol ditempat pekerja
7. Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personel pendidikan
D. Sasaran dan tujuan Pengawasan
3. Pengawasan dapat mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan baik dalam penggunaan kekuasaan, kedudukan, maupun keuangan.
4. Memperbaikai kesalahan-kesalahan, kelamahan-kelamahan dan menindak penyalahgunaan serta penyelewengan.
5. Mempertebal rasa tanggung jawab kepada semua anggota organisasi.
6. Mendidik para pelaksana
7. Menjaga agar pola dalam organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya terpelihara dengan baik.
8. Semua orang dalam organisasi diharapkan akan memperoleh tempat yang sebenarnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang berbeda-beda.
9. Penggunaan alat-alat atau perlengkapan organisasi menjadi lebih efisien.
10. Sistem dan prosedur kerja yang sedang diterapkan tidak menyimpang dari yang telah direncanakan.
Pengawasan bukanlah dasar bagi pemimpin untuk memberikan hukuman pada bawahannya, tetapi pengawasan sebagai dasar bagi pemimpin untuk menentukan kebijakan dan mengambil keputusan yang strategis untuk membawa organisasi kearah yang lebih berkualitas dan lebih baik seperti tujuan yang telah direncanakan.
Referensi
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi, manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Sagala, H. Saiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Sutisna, Oteng. 1986. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek. Bandung: Angkasa
Sedangkan pentingnya akan pengawasan disebabkan sering terjadinya perbedaan tujuan-tujuan individu dan organisasi, hal ini perlu diselaraskan sehinggaa apa yang menjadi tujuan organisasi dapat tercapai. Pengawasan diperlukan untuk menjamin bahwa para anggota bekerja kearah tujuan organisasi. Oleh karena itu semua sangat perlu mengetahuai beberapa hal berkaitan dengan koordinasi dan pengawasan bagi calon pendidik.
1. Pengkoordinasian
A. Pengertian
Pengkoordinasiaan mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan. Sedangkan pengertian koordinasi sendiri menurut Oteng Sutisna (1983) ialah proses mempersatukan sumbangan-sumbangan dari orang-orang, bahan, dan sumber-sumber lain kearah tercapainya maksud-maksud yang telah ditetapkan. Sedangkan Purwanto (1984) mengemukakan koordinasi adalah aktivitas membawa orang-orang, materiil, pikiran-pikiran, teknik-teknik, dan tujuan-tujuan kedalam hubungan yang harmonis dan produktif dalam mencapai suatu tujuan. Kata kuncinya adalah membawa organisasi mencapai tujuan dalam hubungan yang harmonis dan produktif.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditegaskan seperti yang telah diungkapkan oleh Syaiful Sagala (2000) bahwasannya perngkoordinasian dalam satuan pendidikan adalah mempersatukan rangkaian aktivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran dengan menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlamgsung secara tertib kearah tercapai maksud yang telah ditetapkan. Koordinasi harus menghasilkan penyatuan dari tiap-tiap bagian maupun personel dalam keseluruhan agar ada sinkronisasi yang baik, segala sesuatu berjalan menurut rencana pada waktu yang tepat.
B. Syarat-syarat koordinasi yang baik :
1. Pembagian kerja yang jelas dalam organisasi
2. Membangun semangat kerjasama yang besar diantara personel pendidikan dan adanya organisasi informal yang sehat dalam tubuh organisasi yang bersangkutan
3. Tersedianya fasilitas kerja dan kontak hubungan yang cukup lancar bagi semua pihak dalam organisasi
4. Memulai tahapan suatu dengan benar dan mempertahankan kualitas pekerjaan sebagai proses yang kontinyu
A. Unsur-unsur koordinasi yang penting dalam organisasi;
1. Ada koordinator yang cukup berwibawa dilihat dari kedudukan dan pendidikannya untuk memfungsikan tiap-tiap bagian atau orang-orang dalam organisasi. Koordinator tersebut mempunyai kemampuan untuk membawa dan menggunakan sumbangan dari unit atau orang tersebut guna mewujudkan tujuan yang ditentukan.
2. Ada unit atau orang yang dikoordinasikan yang sudah ditata dan mampu memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi terwujudnya cita-cita bersama.
3. Ada pengertian timbal balik dari koordinator dan mereka yang dikoordinir untuk saling menghargai dan saling bekerjasama bagi kepentingan organisasi.
Ketiga unsur tersebut mempunyai peranan penting untuk mengoptimalkan kinerja organisasi sehingga dapat tercapainya tujuan bersama. Koordinasi yang baik menjadikan semua bagian dan personal dapat bekerjasama menuju kesatu arah tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
B. Pentingnya pengkoordinasian dalam organisasi pendidikan
Pengkoordinasian mutlak diperlukan dalam organisasi pendidikan, karena dalam organisasi pendidikan ada pembagian kerja yang amat substansial yaitu pekerjaan mendidik dan pekerjaan manajemen pada satuan pendidikan dan manajemen pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai mutu yang dipersyaratkan. Setiap orang harus mengetahui tugas masing-masing atas dasar kewenangan yang diberikan, sehingga tumapang tindih yang tidak perlu antara satu personel atau satu bagian dengan bagian lain dapat dihindarkan, implikasinya manajemen dapat berfungsi secara efektif dan efisien dan personel dapat melaksanakan tugas sesuai kewengan dan dukungan professional.
Program pendidikan pada satuan pendidikan sifatnya sangat kompleks dan menyangkut banyak segi yang saling bersangkut paut satu sama lainnya. Sifat kompleks ini menunjukkan sangat perlunya tindakan-tindakan yang dikoordinasikan untuk mengatasi batas-batas perencanaan maupun batas-batas personel. Koordinasi ini juga berfunsi untuk mengatasi kemungkinan duplikasi dalam tugas, perebutan hak dan tanggung jawab, ketidak seimbangan dalam berat ringannya pekerjaan, kesimpangsiuran dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dsb.
2. Pengawasan
A. Pengertian
Menurut Oteng Sutisna mengawasi ialah proses dengan mana administrasi melihat apakah apa yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Jika tidak maka penyesuaian yang perlu dibuatnya. Siagian mengartikan pengawasan sebagai proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan Hadari Nawawi (1989) menegaskan bahwa pengawasan dalam dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektifitas kerja personal dan tingkat efesiensi penggunaan metode dan alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.
Karena itu pengawasan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku personel dalam organisasi pendidikan dan apakah tingkat pencapaian tujuan pendidikan sesuai dengan yang dikehendaki, kemudian dari hasil pengawasan tersebut apakah dilakukan perbaikan. Pengawasan meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai rencana yang dibuat, intruksi-intruksi yang dikeluarkan, dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penelitian dalam institusi pendidikan dilihat dari praktek cenderung tidak dikembangkan untuk mencapai efektifitas, efisiensi dan produktivitas. Tetapi lebih dititik beratkan pada kegiatan pendukung yang bersifat progress checking. Tentu saja hal yang demikian bukanlah jawaban yang tepat untuk mencapai tujuan dan target sesuai visi dan misi pendidikan, yang ujung-ujungnya perolehan mutu pendidikan yang kompetitif menjadi tidak terwujud.
B. Syarat-syarat pengawasan
Ada dua hal yang merupakan prsarat mutlak yang harus lebih dulu dibereskan sebelum pimpinan dapat melaksanakan pengawasan.
1. Pengawasan membutuhkan rencana-rencana
Sebelum suatu teknik atau sistem pengawasan dapat diterapkan, harus lebih dahulu didasarkan pada rencana-rencana. Semakin jelas, lengkap, dan bulatnya suatu rencana maka semakin efektif pula sistem pengawasan yang diadakan. Dengan gaya bahasa yang sederhana dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin organisasi tidak dapat menentukan apakah setiap unit organisasinya sudah mencapai atau melakukan apa yang diharapkan, kecuali ia harus lebih dulu mengetahui apa yang diharapkan, ketepatan rencana yang dibuat akan melahirkan teknik-teknik pengawasan yang tepat pula. Jelaslah bahwa tanpa rencana pengawasan tidak mungkin dapat diselenggarakan karena tidak punya pedoman untuk melakukan itu. Sebaliknya rencana tanpa pengawasan akan berarti munculnya penyimpangan-penyimpangan yang serius tanpa adanya alat untuk mengendalikan atau mencegahnya.
2. Pengawasan membutuhkan struktur organisasi yang jelas
Selama pengawasan bertujuan untuk mengukur segala aktifitas dan menjamin agar berjalan sesuai dengan rencana, kita juga harus mengetahui dimana letak tanggung jawab bagi penyimpangan-penyimpangan yang muncul dalam organisasi. Disamping itu harus pula melihat bagian-bagian mana yang perlu diperbaiki. Pengawasan memang tertuju pada segenap aktifitas yag dilakukan manusia, namun kita tak akan mengerti dimana letak kesalahan dan siapa yang bertanggung jawab terhadap segala penyimpangan itu tanpa mengetahui dengan jelas struktur organisasi. Oleh karena itu patut diungkapkan bahwa eksistensi struktur organisasi yang jelas, tegas, lengkap dan bulat merupakan prasyarat utama untuk kelangsungan sistem pengawasan yang akan dilaksanakan.
C. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Ada beberapa prinsip pengawasan yang perlu diperhatikan menurut Massie (1973);
1. Tertuju kepada strategi kunci sasaran yang menentukan keberhasilan
2. Pengawasan harus menjadi umpan balik sebagai bahan revisi dalam mencapai tujuan
3. Harus fleksibel dan responsive terhadap perubahan-perubahan kondisi dan lingkungan
4. Cocok dengan organisasi pendidikan, misalnya organisasi sebagai sistem terbuka
5. Merupakan kontrol diri sendiri
6. Bersifat langsung yaitu pelaksanaan kontrol ditempat pekerja
7. Memperhatikan hakikat manusia dalam mengontrol para personel pendidikan
D. Sasaran dan tujuan Pengawasan
3. Pengawasan dapat mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan baik dalam penggunaan kekuasaan, kedudukan, maupun keuangan.
4. Memperbaikai kesalahan-kesalahan, kelamahan-kelamahan dan menindak penyalahgunaan serta penyelewengan.
5. Mempertebal rasa tanggung jawab kepada semua anggota organisasi.
6. Mendidik para pelaksana
7. Menjaga agar pola dalam organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya terpelihara dengan baik.
8. Semua orang dalam organisasi diharapkan akan memperoleh tempat yang sebenarnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang berbeda-beda.
9. Penggunaan alat-alat atau perlengkapan organisasi menjadi lebih efisien.
10. Sistem dan prosedur kerja yang sedang diterapkan tidak menyimpang dari yang telah direncanakan.
Pengawasan bukanlah dasar bagi pemimpin untuk memberikan hukuman pada bawahannya, tetapi pengawasan sebagai dasar bagi pemimpin untuk menentukan kebijakan dan mengambil keputusan yang strategis untuk membawa organisasi kearah yang lebih berkualitas dan lebih baik seperti tujuan yang telah direncanakan.
Referensi
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi, manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Sagala, H. Saiful. 2000. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Sutisna, Oteng. 1986. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek. Bandung: Angkasa
Rabu, 10 Maret 2010
Syukuri yang apa telah ada
kadang manusia sangat menghargai apa yang belum mereka dapatkan dan kurang menghargai apa yang telah mereka dapatkan. hal ini wajar karena kita sering merasa biasa-biasa atau mungkin bosan terhadap apa yang telah ada. ada berbagai cara untuk mengahrgaia apa yang telah ada pada diri kita salah satu diantaranya adalah dengan melihat mereka yang tidak seberuntung kita, syukuri bahwa kita telah mendapatkannya dan manfaatkan sebaik mungkin apa yang telah ada, karena kalau semuanya telah tiada barulah kita tahu betapa berhargannya sesuatu itu.
Minggu, 10 Januari 2010
Lebih dari sekedar Sahabat!
berangkat dari latar belakang yang berbeda-beda, tak pernah terpikirkan untuk dapat saling bertemu dan menjalai hari-hari bersama kalian. kalian bukanlah sekedar sahabat, tapi lebih dari itu, kita layaknya satu keluarga besar.ya... begitulah, hidup bersama menghadapi berbagai persoalan bersama.
kita telah merasakan indahnya kebersamaan, tertawa, menangis...
seiring bergulirnya waktu, kita semua telah saling jauh dan jarang bertemu muka.
bagaimanapaun juga keadaan kita sekarang ini, moga merupakan jalan yang tebaik buat kita semua.
Yk, 11 jan `10
Langganan:
Postingan (Atom)