Sabtu, 03 Oktober 2009

KONTEKS DAN KONTEKSTUALISASI SURAT AL-FATIHAH



Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa Rasulullah saw. apabila mendengar suara panggilan : “Hai Muhammad”, maka begitu beliau mendengarnya beliau terus lari, kemudian Waraqah bin Naufal menasehati beliau: “Apabila engkau mendengar suara panggilan, maka tetapkan lah hatimu sampai engkau mendengar apa yang dia ucapkan kepadamu” maka tatkala terdengar suara “Hai Muhammad”, jawablah “labaik(ya)” dan ucapkanlah : “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah/Rosululloh; kemudian bacalah الحمد لله رب العالمين الرحن الرحيم ملك يوم الدين اياك نعبد و اياك نستعين اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين انعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين (H.R.Abu Ishaq dan Abu Maesaroh dari Ali bib Abi Tholib)

Surat Al-Fatihah mengandung pokok-pokok tujuan Al-Qur’an secara ijmal (global), yang kemudian diperinci dengan berbagai keterangan di dalam ayat-ayat yang tersebut pada surat-surat berikutnya. Al-Qur’an mengandung masalah-masalah tauhid dan janji Allah bagi orang-oarng yang memegang teguh prinsip-prinsip tauhid berupa pahala yang baik, serta ancaman Allah bagi orang-orang yang ingkar dan tidak memperdulikan ajaran tauhid dengan siksa atau azab yang sangat pedih. Di dalam surat Al-Fatehah mencakup pula berbagai penjelasan.

بسم الله الرحمن الرحيم

(Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang).

Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama Dzat yang Maha Suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar-Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar-Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.

Surat Al-Fatihah ini mengandung pokok-pokok tujuan Al-Qur`an secara global, kemudian diperinci dengan berbagai keterangan di dalam ayat-ayat yang tersebut pada surat-surat berikutnya. Perlu dijelaskan bahwa Al-Qur`an ini mengandung masalah-masalah tauhid dan janji Allah bagi orang -orang yang memegang teguh prinsip tauhid berupa pahala yang baik, serta ancaman bagi orang-orang yang ingkar dan tidak memperdulikan ajaran tauhid dengan siksa atau azab yang sangat pedih. Didalam surat Al-Fatihah pun tercakup perihal hamba-hamba Allah yang menambatkan ajaran atuhid di dalam hati dan jiwanya. Al-Fatihah mencakup pula berbagai penjelasan jalan kebahagiaan yang dapat menghantarkan hamba-hamba Allah mengecap kenikmatan dunia dan akhirat. Surat Al-Fatihah juga mengandung berbagai kisah yang menceritakan orang-orang yang mendapat petunjuk atau orang-orang yang berdiri diatas garis-garis Allah. Mereka itulah orang-orang yang hidup bahagia di dunia dan akhirat. Al-Fatihah juga memberitahukan orang–orang yang tersesat atau melanggar batasan-batasan yang ditentukan Allah dan mengesampingkan syari’at Allah berada dibelakang tanpa perhatian sama sekali.

. الحمد لله رب العالمين

(Segala puji bagi Allah. Tuhan semesta alam).

Firman tersebut menunjukkan bahwa segala puja dan puji itu diungkapakan karena akan membawa kenikmatan, yakni kenikmatan yang bersumber dari Allah swt. Karenanya hanya Allah-lah yang berhak menerima puja dan puji. Diantara nikmat-nikmat yang terpenting adalah nikmat wujud (diciptakan dan dipelihara).

الرحن الرحيم

( yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Dua kata ini berasal dari Rahman yang artinya suatu gejolak jiwa yang penuh dengan perasaan kasih sayang terhadap lainnya. Kemudian, kata ini dipakai untuk Allah. Berarti Allah bersifat Rahman dan Rahim. Kata Rahman pengertiannya menunjukkan pada dzat yang menunjukkan bukti-bukti rahmah berupa kenikmatan-kenikmatan dan kebajikan-kebajikan. Sedang kata Rahim, menunjukkan sumber rahmah, dan rahim menunjukkan sifat yang tetap ada pada Allah.

Apabila Allah disifati dengan sifat Rahman. Hal ini dipahamkan secara bahasa bahwa Allah itu adalah pemberi kenikmatan. Tetapi sifat Rahman ini tidak bisa dipahamkan wajib bagi Allah untuk selamanya. Tetapi jika setelah sifat Rahman itu Allah disifati dengan sifat Rahim, maka dapat diketahuai bahwa Allah mempunyai sifat yang tetap dan selamanya, yakni Rahim. Sebagai bukti kasih sayang yang berlaku selama-lamanya. Dengan demikian, menuturkan kata Rahim setelah Rahman merupakan bukti bahwa Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada seluruh hamba secara tetap. Sebab sifat-sifat tersebut selalu mengiringi Allah selamanya.

Kemudian Allah melanjutkan firman-Nya.

ملك يوم الدين

(yang menguasai hari pembalasan).

Pengertian hari pembalasan meliputi pahala bagi orang-orang yang berbuat baik, dan siksaan bagi orang-orang yang berbuat dosa dan kesalahan. Kandungan makna ibadah diungkapakan di dalam surat ini melalui firman Allah swt.

اياك نعبد و اياك نستعين

( hanya kepada Engkau-lah yang kami sembah dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan)

Ibadah adalah perasaan merendahkan diri yang lahir dari hati nurani, sebagai akibat perasaan mengagungkan yang disembah, disamping dengan keyakinan bahwa yang disembah itu mempunyai kekuasaan yang pada hakekatnya tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Sebab, kekuasaan Allah tidak bisa dijangkau oleh akal dan tidak bisa dianalisa oleh alam pemikiran. Siapapun yang merendahkan dirinya dihadapan sang raja, tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah hamba raja tersebut lantaran perbuatan merendahkan diri itu sudah diketahui mempunyai latar belakang tertentu, yakni karena takut kelaliman raja, atau bahkan mengharapkan sesuatu dari raja.

Mengenai jalan kebahagiaan diungkapakan dalam ayat,

اهدنا الصراط المستقيم

( Tunjukkanlah kami jalan yang lurus).

Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa kebahagiaan tidak mungkin dicapai kecuali harus menempuh jalan yang benar dan lurus. Dan siapapun yang menyimpang dari jalan yang lurus tersebut akan berakibat sengsara dan celaka. Hidayah artinya suatu pertanda yang dapat menghantarkan seseorang kepada hal yang dituju. Sirat berarti jalan. Mustaqim berarti lawan kata berbelok-belok, jalan yang bengkok adalah jalan yang menyelewengkan seseorang dari cita-cita yang dituju. Dan jalan ini harus dihindarkan dari orang-orang yang menghendaki jalan yang lurus dan benar.

Macam-macam hidayah

1. Hidayah dalam bentuk ilham.

2. Hidayah kepada akal, hidayah ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan hidayah ilham dan panca indra.

3. Hidayah berupa agama dan syari`at, hidayah ini merupakan kebutuhan mutlak bagi orang yang menganggap remeh akal fikirannya, mengikuti kemauan hawa nafsunya, menundukkan jiwa untuk mengikuti kemauan syahwatnya.

Kandungan surat Al-Fatihah yang berkaitan dengan cerita-cerita dan berita-berita orang-orang terdahulu diungkapkan dalam ayat:

صراط الذين انعمت عليهم

( jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat –nikmat kepada mereka).

Ayat ini menceritakan bahwa dimasa yang lalu terdapat umat terdahulu yang mematuhi petunjuk-petunjuk, syari’at dan hukum-hukum Allah. Dan saat ini, kita pun berkewajiban mencontoh jejak-jejak mereka dan meniru perbuatan yang mereka lakukan.

Juga diungkapkan dalam ayat yang berbunyi:

غير المغضوب عليهم ولا الضالين

( bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan ( bukan pula ) jalan yang sesat).

Pengertian magdubi`alaihim ialah orang-orang yang telah menerima atau mendengar agama yang benar dan disyariatkan Alah untuk hamba-Nya, tetapi mereka menolak dan mengasingkan diri tanpa mau melihat sedikitpun. Mereka itu tidak mau menggunakan akalnya didalam meneliti dalil-dalil yang ada. Mereka adalah orang-orang yang akan tertimpa kesusahan, siksaan dan kehinaan di neraka jahannam, dan tempat kembali mereka adalah seburuk-buruknya tempat. Dallun, berarti mereka yang tidak mengetahui kebenaran. Atau tidak mengetahui dengan cara yang benar. Mereka itulah orang-orang yang belum pernah kedatangan rasul pun. Atau sudah pernah kedatangan seorang rasul, tetapi nilai-nilai yang dibawa para rasul itu kurang begitu jelas. Mereka tersesat dalam kebutaan , dan tidak mendapatkan hidayah didalam menggapai cita-cita mereka. Sebab banyak sekali rintangan yang bercampur-aduk antara kebenaran dan kebatilan, disamping masalah-masalah yang benar dan yang salah. Jika mereka tersesat didalam masalah-masalah duniawi, mereka pasti akan tersesat didalam masalah ukhrawi. Siapapun yang tidak mendapatkan hidayah agama, maka akan tampak pengaruh kegoncangan pada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupannya, serta akan tertimpa musibah.

Ayat ini menunjukkan bahwa yang tidak menerima nikmat Allah terdiri dari dua kelompok. Pertama orang yang menyeleweng dari kebenaran setelah mereka mengetahui kebenaran itu, kelompok ini lebih suka terhadap warisan–warisan nenek moyang (leluhur). Kelompok ini termasuk yang mendapat murka Allah. kedua kelompok orang yang tidak mengetahui sama sekali, atau menetahui tetapi masih goyah, atau belum sempurna. Kelompok ini memandang hak dan bathil didalam kekaburan. Merka telah jauh dari jalan kebenaran yang dapat mengantarkan kebahagiaan. Mereka juga termasuk orang-orang sesat.

Ikhtisar

1. Surat ini menegaskan bahwa dengan sifat Rahman (Pemurah) Allah memberikan penghidupan kepada seluruh makhluk-Nya. Dan dengan sifat Rahim (Penyayang) Allah memberikan kasih sayang-Nya yang istimewa kepada orang-orang yang beriman dan taat kepada perintah-Nya

2. Allah menjelaskan bahwa segala puja dan puji hanya milik-Nya. Makhluk tidak berhak dipuja dan dipuji. Pemujaan kepada selain-Nya berarti keluar dari jalur yang telah ditentukan-Nya, bahkan mengarah kepada syirik

3. Kerajaan dan kekuasaan di Hari Akhirat nanti hanya kepunyaan-Nya. Dialah Raja satu-satunya, tidak ada seorangpun yang lain yang berkuasa pada hari itu. Segala kerajaan dan kekuasaan yang pernah diberikan kepada manusia sirna. Semua manusia mengharapkan kasih sayang dari-Nya dan tunduk hanya kepada-Nya

4. Ibadah atau penyembahan hanya untuk Allah. Demikian juga segala permohonan hanya ditujukan kepada-Nya. Hanya Allah yang mampu menolong para hamba-Nya. Permohonan kepada selain-Nya adalah bertentangan dengan kehendak-Nya, karena Dia-lah yang berhak diminta segala sesuatu dan Dia pula yang berhak menerima atau menolak suatu permohonan

5. Allah memberikan hidayah (bimbingan atau petunjuk) kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Orang yang tidak memperoleh hidayah akan tersesat jalanya. Karena itu, orang beriman sekurang-kurangnya dalam sehari semalam 17 kali memohon hidayah dari-Nya agar ditunjuki jalan yang lurus dan benar. Jalan yang lurus dan benar adalah jalan iman dan islam atau tauhid

6. Jalan benar dan lurus adalah jalan yang pernah ditempuh oleh orang-orang yang diberikan kenikmatan dan kebahagiaan hidup oleh Allah swt. yaitu para rosul, syuhada’ shiddiqin, dan sholihin. Bukan jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Orang-orang Yahudi telah dimurkai oleh Allah sedangkan orang-orang Nasrani termasuk golongan orang-orang yang sesat dan menyesatkan.

Pelajaran atau nasehat yang dapat di petik dari pembahasan surat Al-Fatihah secara singkat padat dan jelas tadi adalah sebagai berikut:

a. Setiap kita melakukan amal yang baik, maka kita diperintahkan untuk membaca basmallah (bismillahirrohmanirrohiim). Dalam kalimat basmallah tadi mengandung kasih sayang Allah dan keberkatan bagi setiap yang membacanya. Karena itu, amal yang tidak dimulai dengan basmallah akan terputus pahalanya.

b. Kalimat Alhamdulillah merupakan ungkapan tasyakkur seorang hamba kepada Allah swt. maka, setiap kali kita mengucapkan hamdallah berarti kita menafikan segala pujian kepada yang lain, dan yang berhak dipuji dan dipuja hanyalah Allah. Sebagaimana mengawali suatu perbuatan baik dengan basmallah, maka mengakhirinya juga mengucapkan hamdallah (al-hamdulillahi rabbil ‘aalamiin)

c. Sebelum kita memohon sesuatu kepada Allah, alangkah baiknya jika kita terlebih dahulu memuji dan beribadah kepada-Nya. Ini mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan hak (pahala dan pengampunan), harus dipenuhi dahulu kewajiban (pengamalan ajaran agama). Kualitas amal seseorang sangat erat kaitanya dengan keikhlasan. Karena itu, dalam beribadah kepada Allah harus suci dan bersih dari sifat riya’

d. Agar kita tetap berada pada jalan yang benar dan lurus, maka setiap saat kita perlu memohon kepada Allah agar dianugrahkan hidayah tauhid, hidayah agama, dan hidayah akal yang tercerahkan. Dengan hidayah itu kita dapat menempuh jalan yang terang, jalan kebenaran, jalan Allah

e. Sebagai panutan dan teladan hidup, kita selayaknya menempuh jejak langkah yang pernah ditempuh oleh para Nabi, Shiddiqin, Syuhada’, dan Shalihin. Mereka semua adalah orang-orang yang telah mendapat pengakuan dari Allah sebagai orang yang diberikan nikmat dan sebagai calon penghuni surga.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. 1974. Tafsir Al-Maraghi juz I, terj. K. Anshori Umar Sitanggal dkk. Semarang: P.T. Karya Toha Putra

T.H. Thalhas dkk. 2001. Tafsir Pase. Jakarta: P.T. Dian Ariesta

Tidak ada komentar: